Akhir-akhir ini, penyakit autisme banyak menyerang anak-anak. Penyandang autisme di dunia saat ini cenderung meningkat. Penelitian terakhir dari Autism Reseach Centre of Cambridge University menyebutkan adanya 58 anak autis per 10.000 kelahiran. Padahal, sekitar 10 tahun lalu hanya ada sekitar 2-4 anak autis per 10.000 kelahiran. Sat ini, di Indonesia diperkirakan lahir 6.900 anak autis per tahun. Para Bunda sebaiknya waspada dan mampu mendeteksi autisme sejak dini. Kali ini, catering sehat Resep Bunda akan membedah tentang autisme dan terapi makanan untuk penderita autis.

Penderita Autisme

 

Autisme merupakan kondisi seseorang sejak lahir ataupun saat balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia yang repetitive, dengan aktivitas dan minat yang obsesif. Gejala anak yang menderita autisme sudah tampak sebelum usia 3 tahun, di antaranya :

Penyebab terjadinya autisme sebenarnya masih menjadi misteri, namun gangguan tersebut dikaitkan dengan faktor keturunan maupun kegagalan salah satu bagian dari otak yang memproses rangsangan syaraf. Persoalan genetik berpengaruh kuat terhadap penyakit autis. Selain itu, kondisi dunia saat ini yang dipenuhi oleh zat-zat kimia beracun, seperti pestisida dalam makanan, polusi udara di jalan, dll menyebabkan terganggunya fungsi gen pada anak.

Anak laki-laki lebih rentan terhadap autisme. Hal ini disebabkan karena fungsi hormon seks pada manusia. Laki-laki memproduksi testosteron lebih banyak, sedangkan wanita memproduksi estrogen lebih banyak. Hormon tersebut berpengaruh terhadap suatu gen pengatur fungsi otak, yaitu RORA (retinoic acid-related orphan receptor-alpha). Testosteron menghambat RORA sedangkan estrogen meningkatkan kinerjanya. Terhambatnya RORA berakibat terhadap berbagai masalah koordinasi tubuh. Meski bukan penyebab langsung, kadar testosteron yang tinggi meningkatkan resiko autisme.
 
Terapi Makanan untuk Penderita Autisme

Berbagai tindakan terapi untuk menyembuhkan penderita autisme dapat dilakukan, seperti : terapi bicara, terapi kemampuan sosial, terapi visual, dll. Dan akan lebih baik jika penderita autisme melakukan terapi makanan berupa diet makanan yang mengandung gluten dan kasein.

Penelitian yang dilakukan oleh Penn State College of Medicine, menemukan bahwa anak-anak yang menderita gejala autisme yang diberikan gluten dan casein pada susunya mengalami peningkatan gejala autisme dan perilakunya tidak terkendali. Tim peneliti menguji 387 orang tua dari anak-anak penderita autisme dan mencatat gejala autisme, dan alergi makanan pada anak mereka.

Dr.. Sri Achadi Nugraheni, ahli gizi yang menjabat sebagai Kepala Bidang Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, menyatakan bahwa kelainan pencernaan yang ditemukan pada anak autis adalah adanya lubang-lubang kecil pada saluran pencernaan, tepatnya di mukosa usus. Beliau melanjutkan bahwa casein dan gluten ternyata merupakan protein yang paling susah dicerna karena termasuk asam amino pendek yang sering disebut peptida. Peptida dalam keadaan normal biasanya hanya diabsorbsi sedikit dan sisanya dibuang, namun karena adanya kebocoran mukosa usus menjadikannya masuk ke dalam sirkulasi darah.

“Di dalam darah peptide ini hanya sebentar, karena sebagian dikeluarkan lewat urin dan sisanya masuk ke dalam otak yang dapat menempel pada reseptor opioid di otak,” katanya. Nantinya, peptide itu akan berubah menjadi morfin yang dapat memengaruhi fungsi susunan syaraf dan dapat menimbulkan gangguan perilaku. Morfin yang berasal dari gluten disebut gluteomorphine, sedangkan yang berasal dari casein disebut casomorphine. Morfin itu sendiri, bersifat layaknya obat-obatan seperti opium, morfin, dan heroin yang bekerja sebagai racun yang dapat mengganggu fungsi otak dan sistem imunitas, sehingga menimbulkan gangguan perilaku.

Casein hadir di semua produk turunan susu. Berbagai produk turunan susu di antaranya adalah : Susu dalam semua bentuk (termasuk skim, bubuk, dan susu kambing), mentega, keju, yoghurt, whey, dll. Gluten adalah protein yang ada dalam tepung terigu. Jadi makanan apa saja yang mengandung terigu pastinya tidak dapat dikonsumsi, seperti biskuit, wafer, pasta, mie, sereal, dan roti. Untuk mendapatkan gizi yang seimbang, penderita autisme dapat mengkonsumsi makanan seperti : beras, tepung beras, tepung tapioka, kentang, jagung, makanan almond (kacang), atau kedelai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *