Kita sering mendengar bahan makanan organik di supermarket, mulai dari sayuran organik, beras organik, buah organik, dll. Apa sebetulnya yang dimaksud organik? Bagaimana memilih bahan organik yang benar? Yuk kita simak bersama di artikel ini.
Agar sebuah makanan dapat dikatakan organik, maka pemrosesan bahan makanan tersebut harus melalui standar yang ketat. Untuk tata tanam dan lahan, bahan makanan organik memenuhi beberapa syarat yang utama.
Pertama, bibit bahan makanan tersebut harus berasal dari bibit yang alami. Bukan merupakan hasil rekayasa genetika.
Kedua, pupuk yang digunakan hanya boleh menggunakan pupuk organik alami seperti pupuk kandang atau pupuk kompos. Tidak boleh menggunakan pupuk buatan seperti urea. Hormon pertumbuhan seperti pada ayam juga dilarang. Semua makanan harus bersifat alami.
Ketiga, tidak boleh menggunakan pestisida, herbisida, dll yang merupakan racun untuk hama. Pestisida tidak hanya membunuh hama tetapi juga membunuh organisme lain yang berada di areal pertanian. Akibatnya, ekosistem menjadi terganggu. Pestisida juga dapat menempel pada makanan dan masuk ke dalam tubuh manusia yang mengkonsumsinya. Efeknya akan terasa dalam jangka panjang. Sebagai ganti pestisida, pertanian organik biasanya menggunakan predator alami.
Keempat, area pertanian/peternakan harus berada dalam lingkungan yang bebas polusi. Jika areanya berdekatan dengan sistem pertanian konvensional, maka produk pertanian tersebut belum bisa dikatakan organik. Kenapa? Karena air yang digunakan mungkin tercemar oleh pestisida dari pertanian konvensional. Oleh sebab itu, pertanian/peternakan harus jauh dari perumahan, pabrik, kendaraan, atau pertanian/peternakan konvensional.
Selain tata tanam dan tata lahan, makanan organik juga harus memenuhi standar tata pemrosesan pasca panen. Hasil panen produk makanan organik harus terhindar dari wax (lilin). Wax digunakan untuk menjaga kesegaran buah-buahan pada saat pengiriman makanan, khususnya untuk buah apel dan stroberi. Makanan organik juga harus terbebas dari segala bahan pengawet, perasa, warna dan aroma buatan.
Memilih Bahan Makanan yang Benar-benar Organik
Meski banyak bahan makanan berlabel organik. Belum tentu semuanya benar-benar memenuhi ketentuan organik. Bisa jadi, label organik disematkan di kemasan untuk mendongkrak harga. Hal itu harus kita waspadai dari awal. Ternyata, 90% produk organik belum memiliki sertifikasi organik sehingga sulit diuji apakah benar-benar organik ataupun tidak.
Ada yang berpendapat, produk organik dapat dilihat dari fisik dan rasanya. Contohnya : bila berlubang karena ulat menandakan tanaman tersebut organik karena tidak menggunakan pestisida. Dilihat dari rasa, ada yang berpendapat bahwa makanan organik lebih enak, berasa manis, renyah, atau beraroma wangi. Kenyataanya, produk organik pun dapat mulus tidak berlubang karena ulat jika dirawat dengan baik.
Untuk memilih produk organik, perhatikan tips berikut :
- Produk organik sudah pasti mahal. Mengapa? Karena biaya produksinya lebih tinggi daripada biaya produk non organik. Sebagai contoh, ayam kampung yang benar-benar organik memerlukan perawatan minimal 3 bulan sementara ayam boiler bisa dipanen dalam waktu sekitar 1 bulan. Jadi, jika kita menemui produk organik dengan harga murah, hal tersebut malah mencurigakan.
- Harga saja belum dapat dijadikan patokan keasliannya. Agar kita yakin, pastikan produk organik tersebut memiliki sertifikasi resmi dari badan yang diakui pemerintah. Pastikan ada sertifikat organik yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikat organik yang diakui pemerintah, seperti : sucofindo, LeSOS, BIOCert, dan lainnya.
- Jika kita benar-benar ingin yakin, kita dapat mendatangi langsung produsennya untuk mengetahui prosesnya. Walaupun demikian, hal ini sangat sulit dilakukan. Jika kita tidak tahu dimana lokasi produksinya, minimal kita dapat memastikan bahwa produsen tersebut memiliki kredibilitas yang terpercaya