Anemia adalah kelainan yang umum terjadi pada darah. Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin berada di bawah ambang batas normal. Anemia dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam tubuh. Hal ini dikarenakan sel darah merah yang mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen jumlahnya sedikit, sehingga oksigen yang dibawa dalam darah pun menjadi sedikit. Ibu hamil sering mengalami anemia. Di Indonesia, anemia pada ibu hamil masih sering dijumpai dengan tingkat kejadian anemia ibu hamil mencapai 70%.
Anemia biasanya menyebabkan gejala anemia yang khas, yaitu mudah merasa lelah,merasa ingin pingsan, kulit pucat, sesak napas saat bekerja, sakit dada, pusing, tangan kaki terasa dingin, kesulitan berfikir, serta denyut jantung tidak teratur. Pada saat awal terjadi anemia, mungkin gejala yang muncul tidak terlalu berat., tetapi jika kondisi anemia makin memburuk maka gejala yang diderita juga akan makin parah. Penyebab anemia sangatlah banyak, di sini akan disebutkan beberapa anemia yang sering ditemui, di antaranya adalah :
- Kekurangan nutrisi tertentu
Anemia yang disebabkan kekurangan zat besi adalah jenis anemia yang sering ditemui. Anemia ini disebabkan karena kehilangan zat besi akibat perdarahan terus-menerus. Zat besi merupakan komponen yang sangat penting dalam pembentukan hemoglobin. Jika zat besi tidak cukup dalam tubuh, produksi hemoglobin akan berkurang sehingga hanya sedikit hemoglobin yang dapat mengangkut oksigen dari paru-paru. Perempuan lebih mudah menderita anemia daripada laki-laki karena perempuan mengalami menstruasi setiap bulannya. Anemia pada anak dan bayi karena kekurangan zat besi dapat diakibatkan oleh kurangnya asupan yang mengandung zat besi.
Selain zat besi, kekurangan nutrisi lainnya dapat mengakibatkan anemia. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia yang disebut sebagai anemia pernisiosa. Kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan anemia. Kekurangan asam folat dapat terjadi pada ibu-ibu hamil. Vitamin B12 dan asam folat diperlukan oleh sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah. Jika terjadi kekurangan vitamin B12 atau asam folat, maka dapat menyebabkan anemia megaloblastik. Pada anemia megaloblastik, sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang besar dan abnormal. - Keturunan
Kelainan karena genetik juga dapat menyebabkan anemia. Kelainan genetik ini menyebabkan umur sel darah merah menjadi pendek sehingga tubuh selalu kekurangan sel darah merah. Anemia jenis ini dikenal sebagai sickle cell anemia. Sickle cell anemia (anemia bulan sabit) timbul akibat bentuk abnormal hemoglobin dalam darah. Hemoglobin yang terbentuk adalah hemoglobin S/ Hbs yang rentan terhadap keadaan kurang oksigen. Akibatnya, sel darah merah berbentuk bulan sabit. Sel darah merah normalnya berbentuk seperti donat yang tidak berlubang sehingga memungkinkan sel darah merah melewati pembuluh darah dengan mudah dan memasok oksigen bagi seluruh tubuh. Sel darah merah yang berbentuk bulan sabit sulit untuk melewati pembuluh darah, terutama pembuluh darah yang menyempit sehingga sel darah merah akan tersangkut dan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, atau kerusakan organ tubuh. - Perdarahan
Perdarahan hebat baik yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh dapat menyebabkan anemia dalam waktu yang singkat. Perdarahan hebat dapat terjadi karena kecelakaan, pembedahan, persalinan, atau pecahnya pembuluh darah. Perdarahan dalam jumlah banyak juga dapat terjadi pada penyakit magh kronis yang menyebabkan luka pada dinding lambung. Perdarahan hebat merupakan penyebab tersering anemia.
Jika kehilangan darah, tubuh dengan segera menarik cairan dari jaringan di luar pembuluh darah sebagai usaha untuk menjaga agar pembuluh darah tetap terisi. Akibatnya darah menjadi lebih encer dan prosentase darah merah berkurang. - Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Dalam keadaan normal, sel darah merah mempunyai waktu hidup sekitar 120 hari. Jika sel darah merah melampaui waktu hidupnya, maka sel pemakan dalam sumsum tulang, hati, dan limpa akan mendeteksi dan melakukan pengrusakan terhadap sel darah merah. Akan tetapi, ada berbagai kelainan/penyakit dalam tubuh yang dapat menyebabkan peningkatan penghancuran sel darah merah sehingga jumlah sel darah merah yang dihancurkan lebih banyak daripada yang dibentuk. Anemia jenis ini disebut sebagai anemia hemolitik.
Anemia hemolitik dapat diakibatkan oleh berbagai hal, contohnya adalah pembesaran limpa. Limpa membesar dikarenakan berbagai penyakit. Jika limpa membesar, maka limpa akan menangkap dan menghancurkan lebih banyak sel darah merah. Semakin banyak sel darah merah yang tertangkap, maka limpa akan semakin membesar, dan akan semakin banyak lagi sel yang tertangkap. Selain karena limpa, banyak faktor yang dapat menyebabkan anemia hemolitik seperti sumbatan dalam pembuluh darah, kelainan sel darah merah, penyakit tertentu (lupus, kanker, dll), atau obat-obatan tertentu. - Kehamilan
Ibu hamil dapat mengalami anemia karena karena saat hamil terjadi peningkatan volume darah dalam tubuh sehingga kadar sel darah merah menjadi lebih rendah. Selain itu, berkurangnya asupan makanan karena mual dan muntah pada trimester pertama serta perdarahan yang terjadi saat persalinan juga akan meningkatkan risiko anemia.
Selain faktor-faktor di atas masih banyak penyebab anemia. Penjelasan mengenai faktor-faktor anemia secara lengkap akan disajikan dalam artikel lainnya.
Melakukan Diagnosa Anemia
Untuk melakukan pengetesan terhadap anemia, pasien dapat melakukan penghitungan sel darah merah (Red Blood Cells) dalam darah. Sel darah merah adalah komponen terbesar dalam darah. Perhitungan sel darah merah dilakukan untuk mengukur apakah sel darah merahnya rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Dari perhitungan sel darah merah, akan dicatat ukuran, jumlah, serta bentuk sel darah merah untuk mengetahui jenis penyebab anemia.
Selain sel darah merah, komponen darah lain yang diuji adalah hematokrit dan hemoglobin. Hematokrit adalah proporsi volume darah yang terdiri dari sel darah merah. Hematokrit dinyatakan dalam bentuk prosentase. Hematokrit 25% artinya adalah ada 25 mL sel darah merah dalam 100 mL darah. Pada laki-laki dewasa, hematokrit dibawah 42% mengindikasikan bahwa orang tersebut menderita anemia. Sementara, untuk wanita angkanya adalah dibawah 37%.
Hemoglobin adalah sejenis protein yang terkandung dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pembawa oksigen dalam jaringan tubuh. Selain itu, hemoglobin juga membawa karbon dioksida yang merupakan sisa metabolisme tubuh ke paru-paru untuk dibuang. Pada laki-laki dewasa, seseorang dikatakan terkena anemia jika konsentrasi hemoglobin di dalam darahnya kurang dari 13 g/dL, sementara pada wanita angkanya adalah 11 g/dL.
Mengobati Anemia dengan Makanan yang Tepat
Pengobatan anemia tentu harus melihat penyebab anemia. Penyebab yang berbeda membutuhkan penangangan yang berbeda. Khusus untuk anemia yang disebabkan karena kekurangan gizi tertentu, hal itu bisa disebabkan karena pola makan yang kurang baik. Untuk anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi, maka makanlah makanan yang mengandung zat besi tinggi seperti tiram, udang, hati sapi, daging, telur, susu, kacang polong hijau, kacang tanah, kedelai, dan berbagai sayuran hijau seperti bayam.
Untuk menambah asupan zat besi, ikutilah tips-tips berikut :
- Zat besi pada daging lebih mudah diserap daripada zat besi pada sayuran atau daripada makanan olahan seperti sereal. Daging merah (sapi atau domba) kaya akan zat besi yang mudah diserap. Semakin gelap warna daging, maka akan semakin tinggi zat besinya
- Beberapa tanaman memiliki khasiat untuk menambah asupan zat besi seperti bayam daun, tapak liman, atau lempuyang wangi
- Berikan jarak waktu 1-2 jam saat mengkonsumsi makanan berzat besi tinggi dengan minuman susu atau biji-bijian (beras, jagung, gandum). Susu dan biji-bijian dapat menghambat penyerapan zat besi
- Kombinasikan makanan dengan buah-buahan atau sayuran bervitamin C tinggi. Vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi. Buah-buahan dan sayuran kaya akan vitamin C di antaranya adalah jeruk, tomat, mangga, strawberry
- Hindarilah minuman yang menghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi, atau soda. Kafein pada minuman tersebut menghambat penyerapan zat besi.
Untuk anemia karena kekurangan vitamin B12, maka ada beberapa jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi anemia, seperti jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan bunga matahari. Daging juga banyak mengandung vitamin B12. Selain itu, untuk makanan pokok makanlah beras pecah kulit yang biasa dikenal sebagai beras coklat atau beras merah. Beras yang berwarna putih memiliki sedikit vitamin B karena vitamin pada beras yang menempel pada bagian kulit beras sudah hilang saat digiling. Anemia karena kekurangan asam folat kadang terjadi pada ibu hamil yang membutuhkan asupan asam folat lebih. Asam folat atau vitamin B9 tersedia pada banyak makanan, namun terutama terdapat di hati dan sayuran hijau mentah. Berbagai buah-buahan juga mengandung asam folat yang cukup tinggi seperti pisang. Pisang cocok untuk ibu hamil karena mudah diolah dan mengandung energi cukup banyak.
Untuk penderita anemia tertentu, konsumsi lewat makanan mungkin tidak cukup. Diperlukan suplemen atau suntikan. Contohnya, penderita anemia pernisiosa yang mungkin membutuhkan suntikan vitamin B12. Berkonsultasilah sebelumnya dengan dokter Anda untuk perawatan medis paling tepat untuk menyembuhkan penyakit anemia.